Senin, 28 Mei 2012

Guru Juga Seorang Entrepreneur....

Berbicara tentang entrepreneurship, pasti dalam benak kita akan timbul bayangan seseorang yang banyak berkecimpung di dunia usaha, berkaitan dengan modal/uang, atau yang lebih sederhana lagi pengusaha atau wirausahawan. Memang istilah tersebut lebih banyak dikaitkan dengan hal-hal yang berbau dunia usaha. Tetapi, apakah hanya pengusaha/wirausahawan yang punya mental entrepreneur? Apakah profesi lainnya tidak menguasai entrepreneurship ? Coba kita lihat arti sebenarnya dari entrepreneurship ini. Menurut wikipedia, entrepreneurship (kewirausahaan) adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Dari pengertian ini jelas bahwa pengertian entrepreneurship sangat bisa diterapkan dalam menjalankan profesi yang lain, dan bahkan untuk seorang guru sekalipun. Dalam Wikipedia juga, arti Guru secara umum adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Sedang dalam Kamus Bahasa Indonesia menjelaskan guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Jika menelaah pengertian guru tadi, tepat kiranya jika entrepreneurship juga melekat pada seseorang yang berprofesi guru. Guru, yang tugas kesehariannya adalah membimbing, mendidik, serta mengayomi perserta didik. Dalam konteks ini seorang guru dituntut harus terus mengasah keterampilan mengajar serta materi keilmuannya. Tidak bisa guru hanya mengandalkan insting atau pengalaman yang dimiliki dalam berinteraksi dengan bidang pekerjaannya, meskipun insting atau pengalaman juga bisa dijadikan sebagai rujukan. Guru harus mampu meng”up grade” dirinya dalam hal apapun. Dalam entrepreneurship, yang pada akhirnya akan menghasilkan jiwa-jiwa entreprenur, banyak sifat-sifat yang harus dimiliki, antara lain; percaya diri, berorientasikan tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, berorientasi ke masa depan serta jujur dan tekun. Sifat-sifat ini kalau dimiliki oleh seorang guru, akan semakin dahsyat efeknya terhadap siswanya. Sifat yang pertama adalah percaya diri, seorang guru wajib mempunyai sifat ini. Sikap percaya diri disini memang tidak untuk yang berlebihan, tetapi lebih ditekankan pada bahwa profesi guru adalah profesi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Terlebih lagi untuk guru yang sudah menyandang Guru Profesional. Sehingga dengan percaya diri yang dimiliki, seorang guru itu mempunyai keyakinan bahwa apa yang dikerjakan selalu membawa manfaat untuk masa depan. Dari percaya diri pula akan muncul kemandirian dalam berkarya yang dibalut dalam bingkai selalu optimis dalam melaksanakan tugas mengajar demi melahirkan generasi emas di masa yang akan datang. Sifat entrepreneurship yang kedua adalah berorientasi tugas dan hasil. Sifat ini sangat tepat dimiliki oleh seorang guru. Dalam sifat ini akan tumbuh semangat selalu berusaha untuk berprestasi,mengutamakan proses yang baik untuk mencapai hasil yang maksimal, mempunyai ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat dalam bekerja, suka bekerja keras dan energik. Dan yang tak kalah pentingnya dengan sifat ini guru terbiasa memiliki insiatif yang diperlukan dalam menyelesaikan setiap persoalan yang muncul. Tidak lagi menunggu perintah dari atasan atau kepala sekolah Sifat ketiga yaitu, berani mengambil resiko. Pendidik yang memiliki sifat ini akan terbiasa untuk selalu berani mencoba sesuatu yang dianggap baru meskipun di lingkungan tempat dia bekerja menganggap apa yang dilakukannya akan tidak berhasil. Guru yang entrepreneur selalu berani ambil resiko atas apa yang dikerjakan dan diyakini akan membawa perubahan. Dia tidak takut menghadapi resiko kegagalan. Tantangan adalah sesuatu yang harus dilewati. Prinsipnya adalah “mengerjakan sesuatu yang baru jika hasilnya salah itu masih lebih baik dari pada diam. Dan guru seperti ini juga terbiasa mempraktekkan apa yang disebut dengan teaching out of the box. Sifat keempat dari entrepreneurship adalah kepemimpinan. Untuk sifat yang ini merupakan sesuatu yang wajib dimiliki oleh seorang guru. Jiwa seorang pemimpin haruslah melekat pada seorang guru. Bertingkah laku sebagai pemimpin bagi dirinya dan siswanya. Guru pemimpin adalah guru yang selalu menjadi tauladan dalam bersikap bagi siswa dan tekan guru yang lain. Guru pemimpin dapat bergaul dengan orang lain/rekan sesama guru dan tidak membedakan golongan atau strata guru di sekolah. Serta guru pemimpin itu suka terhadap saran dan kritik yang membangun. Tidak gampang emosi ketika di kritik serta selalu menanggapi positif setiap saran dan kritik yang dialamatkan kepadanya. Sifat kelima, menyukai keorisinilan. Pada sifat ini akan selalu memunculkan guru yang mencintai sesuatu yang baru. Meskipun tidak meninggalkan hal-hal lama yang memang baik. Guru terbiasa untuk berinovasi dalam mengembangkan tugas keguruannya. Mulai pengembangan cara mengajar, cara berinteraksi dengan siswa, inovasi pengembangan media pembelajaran dan yang lainnya. Sehingga kalau suka berinovasi dalam tugasnya sehari-hari, maka kreativitas guru akan selalu muncul untuk membuat hal-hal yang selalu ditunggu oleh siswa tercinta di sekolah. Dan sifat keorisinalan ini pulalah yang membuat guru tidak mudah untuk mencontek karya ilmiah orang lain, terutama dalam penyusunan penelitian tindakan kelas. Sifat keenam, berorientasi pada masa depan, guru yang entrepreneur akan selalu mempunyai wawasan yang selalu berorientasi masa depan. Dalam melaksanakan tugasnya, selalu memikirkan bagaimana dampaknya bagi masa depan siswa dan dirinya. Karena pada prinsipnya, sekolah adalah mencetak insan-insan untuk masa depan. Seorang guru yang berorientasi pada masa depan, akan selalu mencintai pekerjaannya. Prinsipnya “hari esok harus lebih baik dari hari ini”. Guru seperti ini selalu mengevaluasi setiap hasil pekerjaan, selalu mengevaluasi dan memperbaiki kesalahan sekecil apapun, untuk menuju sukses masa depan. Sifat yang terakhir adalah jujur dan tekun, guru yang memiliki sikap ini, akan senantiasa menjauhi hal-hal yang tidak sportif. Guru tersebut selalu mengajarkan dan mencontohkan sikap kejujuran pada siswanya. Selain itu sifat tekun dan sungguh-sungguh juga menjadi “baju” dalam kegiatan sehari-hari. Jujur dan tekun akan selalu menyatu diri guru tersebut. Guru yang mempunyai sifat ini akan selalu memiliki keyakinan bahwa “hidup ini sama dengan kerja keras”. Maka jika mengajar dengan dengan tekun dan sungguh-sungguh, yang akan merasakan manfaatnya adalah siswa di kelasnya. Nah, pada akhirnya jika beberapa sifat entrepreneurship diatas juga dimiliki oleh seorang guru, akan tercapailah apa yang dimaksud dengan Tujuan Pendidikan Nasional, dan pada akhirnya negara tercinta inilah yang akan menikmati hasilnya untuk terciptanya masa depan yang adil makmur sejahtera.

Minggu, 27 Mei 2012

Be a Good Teacher like Mr Dahlan Iskan

Gila….. Unpredictible…… Thinking Out Of The Box…… dan banyak lagi ungkapan kata-kata yang bisa menggambarkan sosok yang sedang menjadi bahan pembicaraan, atau istilah kerennya trending topic di kalangan apapun. Sepak terjangnya sulit di prediksi, selalu bikin deg degan bagi siapa saja yang berhubungan langsung dengan sosok Menteri BUMN ini. Dan yang bikin kita geleng-geleng kepala. semua itu beliau lakukan karena emang menjadi tugas dan wewenangnya. Memang sih, ada juga beberapa keputusan beliau yang kurang “tepat” bagi anggota DPR terkait dengan fungsi dan wewenangnya. Meskipun saya pribadi kurang tahu sebenarnya apa sih core yang dipermasalahkan oleh DPR tersebut. Terlepas dari itu semua, kita melihat nya seperti ada gaya kepemimpinan baru atau kalau tidak mau disebut gaya kepemimpinan yang on the track. Ada proses transfer ilmu yang sengaja Pak Dahlan tunjukkan, ada gaya memimpin yang benar yang ingin beliau sampaikan, serta ada cara menghargai waktu dan peduli sesama yang ingin beliau tularkan. Banyak sudah hal-hal yang beliau tunjukkan, mulai dari membuka gratis gerbang tol karena penjaganya belum datang, menanggapi biasa saat mau masuk ke Pabrik Gula Krebet Malang ternyata di berhentikan oleh penjaga pintu gerbang karena beliau tidak dikenal, sampai sikap optimis beliau untuk mengembangkan proyek mobil listrik dengan putera petirnya. Itu semua ternyata menularkan semangat optimistis bagi berbagai kalangan yang mendengarnya. Tidak ketinggalan juga bagi saya yang hanysehari-hari bergeluk dalam dunia pendidikan. Banyak hal yang bisa saya jadikan teladan dari sepak terjang mantan Bos Jawa Pos Group ini. Pantas kiranya jika para pendidik atau orang-orang yang bekecimpung di dunia pendidikan (sekolah), mulai dari kepala sekolah, guru, karyawan dan yang lainnya, bisa memiliki etos dan semangat serta komitmen yang ditunjukan oleh Pak Dahlan. Bagaimana kepala sekolah sebagai leader di sekolah, bisa menunjukkan teladan dalam bekerja. Tidak hanya duduk menunggu hasil pekerjaan bawahan. Dalam hal kedisiplinan, semangat mencari dan menemukan solusi terhadap berbagai persoalan yang timbul di sekolah. Mau mendengarkan saran dari komponen sekolah yang lain demi kemajuan pendidikan sekolah. Untuk guru, fenomena Pak Dahlan seyogyanya bisa juga dijadikan motivasi untuk menjadi seorang guru yang profesional, kreatif dan inovatif. Profesional dalam menjalankan tanggung jawab mengajar dan mendidik. Tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban di kelas aja, “yang penting ngajar selesai beres”. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap keberhasilan belajar siswanya di kelas. Sosok mantan Dirut PLN ini layak ditiru dari sisi tanggung jawab. Bagaimana saat masih menjabat Dirut PLN, beliau selalu bersemangat menyelesaikan masalah kelistrikan yang belum merata di seluruh Indonesia. Pak Dahlan belum akan tidur malam kalau belum membaca progres dari jajaran di PLN dalam menyelesaikan masalah ini. Pak Dahlan bahkan rela langsung turun ke daerah terpencil untuk mengurai akar persoalan ketidakmerataan pasokan listrik di daerah. Nah, guru juga harus punya semangat tersebut. Guru yang baik akan merasa tidak nyaman dan susah tidur jika ada siswannya yang belum bisa diantarkan prestasinya dengan baik. Karena merasa itu adalah tanggung jawabnya sebagai guru profesional Dalam hal kreativitas guru, ada banyak hal yang bisa kita tiru dari Pak Dahlan. Seorang guru harus kreatif. Kreatif dalam menciptakan suasana mengajar yang menyenangkan, kreatif dalam mencari solusi pembelajaran agar tidak monoton di mata siswanya. kembali ke Pak Dahlan, beliau selalu mencari cara untuk meningkatkan pelayanan perusahaan terhadap pelanggan. Menurut Ayahanda dari Azrul Ananda, Komisaris DBL dan NBL ini, PLN jangan mentang-mentang satu-satunya penyedia listrik di Indonesia terus menjadi seenaknya saja melayani pelanggan. Hal ini di tentang keras oleh beliau. Bahkan Pak Dahlan menyederhanakan proses pengadaan sambungan listrik baru bagi masyarakat dari sisi biaya dan efisiensi waktunya. Bagaimana beliau juga menggunakan sarana email untuk berdiskusi dengan jajaran PLN di daerah, sehingga bisa menghemat waktu dan biaya. Ini mutlak harus dipunyai juga oleh guru, sehingga tidak banyak mengeluh dengan kondisi yang ada. Dan yang paling penting, jika seorang guru sudah kreatif maka diharapkan bisa menularkan virus kreatif itu terhadap anak didiknya di kelas. Inovatif, seorang guru dituntut juga harus inovatif. Guru harus banyak menelurkan ide-ide baru yang bisa mengangkat prestasi belajar di kelas. Guru yang inovatif akan selalu berpikir untuk menemukan ide-ide baru dan menarik. Mulai dari ide-ide bagaimana agar pembelajaran di kelas sudah tidak selalu diisi dengan metode ceramah dan latihan soal. Mungkin bisa dengan menemukan media pembelajaran yang mendukung materi pembelajaran, atau bisa juga dengan mencari dan terus berusaha menemukan metode mengajar yang cocok bagi proses belajar mengajar di kelas. Bagaimana kita lihat sosok Pak Dahlan yang selalu memunculkan ide/gagasan yang inovatif bagi bangsa ini. Seperti kita baca diatas tentang mobil dan motor listrik. Gagasan itu muncul karena bangsa ini sudah mulai panik dengan kondisi katersediaan BBM demi kelangsungan hidup rakyat. Meskipun gagasan tersebut sudah ada sebelumnya, tapi Pak Dahlan langsung dengan gagah berani mengkonkritkannya, bukan hanya sebagai wacana belaka. Dan masih banyak contoh lainnya yang menggambarkan sisi lain dari Pak Dahlan dalam hal ide/gagasan yang inovatif dan menarik. Nah, berkaca dari itu semua, kita sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, wajiblah kiranya mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk bisa berbuat yang terbaik bagi bangsa melalui jalur pendidikan/sekolah. Sehingga di masa depan, siapa tahu akan muncul terus generasi Pak Dahlan Iskan dalam versi yang berbeda. Dan kalau hal ini terwujud, Indonesia akan sangat diuntungkan dalam hal pengembangan sumber daya manusia yang profesional, kraetaif dan inovatif. Dan para guru yang istimewa dan penuh semangat itu nantinya, bisa menjadi tauladan yang hebat bagi siswa-siswanya. Bravo GURU INDONESIA

Sabtu, 26 Mei 2012

Bersembunyi di Balik Kata “Kejujuran”

Sebelumnya saya ucapkan selamat kepada Calon-calon pemimpin masa depan Indonesia, yang hari ini telah mengetahui hasil UNAS nya. Bagi yang nilainya bagus pertahankan di jenjang berikutnya, dan bagi yang kurang memuaskan jangan bersedih, terus bersemangat untuk menghadapi proses belajar di universitas (kampus) ataupun universitas (kehidupan). Berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, hasil pengumuman UNAS selalu membawa kisah tersendiri bagi sekolah, siswa maupun guru dan orang tua. Semuanya harap-harap cemas. Seolah-olah hasil UNAS tahun ini merupakan tolak ukur bagi keberhasilan pembelajaran di sekolah itu. Kita semua tahu bahwa dalam menghadapi UNAS, sekolah sudah melakukan berbagai macam cara dan metode untuk meningkatkan capaian nilai UNAS. Mulai dari membentuk Tim Sukses, Menambah jam belajar di sekolah, out bound, doa bersama, serta cara-cara lain yang meskipun kadang tidak bisa dinalar dengan akal sehat pun akan dilakukan demi keberhasilan UNAS di sekolahnya. Semua energi civitas sekolah mulai dari Kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua, bahkan sampai security di sekolah, dikondisikan sedemikian rupa demi suksesnya ujian siswa. Hal ini dilakukan disamping demi menjaga gengsi /”martabat” sekolah, juga untuk menjaga citra pimpinan sekolah dihadapan pimpinan sekolah yang lain, pada saat rapat kelulusan di tingkat kabupaten/kota. Sekolah yang disebut terus menerus oleh Kepala Dinas Pendidikan setempat, baik untuk capaian nilai individu ataupun rata-rata sekolah, akan merasa punya “muka”. begitu pula sebaliknya. Dan yang paling penting, sang pimpinan sekolah akan selalu bisa menjaga nama baiknya di depan kepala dinas. Bagi sebagian daerah, nilai UNAS, merupakan tolak ukur keberhasilan pendidikan di daerah tersebut. Walikota/Bupati akan bangga jika ada beberapa siswa atau sekolah di daerahnya yang mencatatkan dirinya di jajaran best ten nasional. Dan hasil baik tersebut, bagi kepala dinas pendidikan merupakan garansi untuk tetap terus di kursi kepemimpinannya. Akan tetapi, bagi daerah yang sekolahnya tidak satupun masuk jajaran best ten baik baik di tingkat provensi maupun nasional akan selalu mencari kambing hitam. kasihan sebenarnya kambing hitam itu. Padahal kambing hitam sekarang sedang langka di pasaran karena sedang dalam perawatan spa menjelang Idul Qurban, sorry ngelantur. Apa saja biasanya yang dijadikan kambing hitam bagi kegagalan suatu daerah pada hasil UNAS. sebelum membahas itu, mari kita lihat dan baca lagi berita yang akan banyak beredar di media lokal terkait hal ini. di media itu akan saling adu argumen antara DPRD (yang mengatasnakan rakyat) dengan Dinas Pendidikan setempat. DPRD melalui komisi yang membidangi pendidikan akan mengkritisi hasil UNAS, dan menyalahkan kinerja Dinas Pendidikan (pemerintah daerah/kota) dan jajarannya kurang maksimal dalam mempersiapkan UNAS. Nah, seakan tidak mau disalahkan begitu saja, pihak dinas pendidikan akan selalu mengatakan hal yang “klise” yaitu; “kami sudah berusaha maksimal dan hasil try out pun sudah bagus tapi kami tidak memprediksi hasil UNAS akan seperti ini. Dan kami tetap bangga dengan hasil ini karena kami melakukan kecurangan untuk mendongkrak nilai”. Kita semua pasti sudah sering mendengar jawaban “kami tidak curang” untuk menjawab kenapa hasil UNAS nya jeblok, yang kalau kina cermati bahasa itu sama saja dengan mengklaim bahwa daerah yang hasil UNAS nya bagus, melakukan kecurangan. Cukup menggelikan melihat hal ini. Jarang sekali ada kejujuran dalam menjelaskan kenapa hasil UNAS nya mengecewakan. Ya, itu karena mungkin para pemangku jabatan di Dinas Pendidikan takut dilengserkan oleh Bupati/walikota. Sudah bukan menjadi rahasia umum jika di dinas pendidikan ini termasuk lahan basah. Banyak yang berebut untuk mengurusi pendidikan di tingkat daerah,meskipun yang bersangkutan sama sekali tidak punya background di bidang pendidikan/persekolahan. Sebenarnya patut disayangkan alibi-alibi atau penjelasan-penjelasan yang terkesan mencari aman seperti itu. Sebagai dinas yang bertanggung jawab akan kelangsungan sistem pendidikan di daerahnya, mau dan siap bertanggung jawab terhadap apapun yang terjadi akan hasil UNAS. Seyogyanya mereka mau menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya. Sehingga pada akhirnya seluruh komponen masyarakat mulai pemerintah, wakil rakyat, sekolah, keluarga, pemerhati pendidikan akan ikut urun rembug memikirkan jalan keluarnya. Sekarang mungkin masih belum best ten, tapi siapa tahun tahun depan, karena sudah ada masukan-masukan yang kongret terkait dengan permasalahan ini, akan mencapai hasil yang lebih baik lagi. Bahkan mungkin meraih The Best Ten adalah bukan sesuatu yang mustahil. So, jangan lagi bersembunyi di balik kejujuran untuk mengungkapkan ketidakberesan yang terjadi. Bravo Pendidikan Indonesia!

Senin, 07 Mei 2012

GEROBAK SAMPAH WANGI

“Kring...kring kring...” tampak seorang bapak sedang mengayuh sepeda tua. Di belakangnya tampak anak perempuan dengan rambut kepang dua, sedang asyik duduk diatas boncengan sepeda itu sambil membaca buku. “Naya...., sudah sampai sekolah loh, ayo cepat turun sebentar lagi bel berbunyi !” begitu kata bapak itu sambil membantu menurunkan anak perempuan tadi dengan hati-hati. “Ehh..saking asyiknya baca sampai nggak tahu kalau sudah sampai di sekolah”, sambil melompat turun dari boncengan sepeda tua itu. “Terima kasih ya, Yah...Ayah sudah mengantarku ke sekolah pagi ini”, kata anak perempuan berkepang dua itu lalu mencium tangan ayahnya seraya melambaikan tangannya sambil mengucapkan salam. “Baik-baik di sekolah ya... jangan lupa ikuti semua pesan guru, nanti siang Ayah tunggu di sini ya...” kata lelaki separuh baya itu sambil berlalu mengayuh sepeda tua itu berlalu dari halaman depan sekolah. Pagi itu suasana kelas masih terlihat sepi, karena jarum jam baru menujukkan pukul 06.30. Tetapi di dalam kelas 5 A, beberapa anak tampak duduk bergerombol sambil mendengarkan cerita dari seorang anak perempuan yang duduk paling depan. Dari nama yang terpampang di baju seragam putihnya, anak itu bernama Bintang Kejora. “Eh, kalian tahu tidak, ternyata yang setiap hari mengantar Naya ke sekolah naik sepeda butut jelek itu adalah tukang angkut sampah di lingkungan rumahku”, kata Bintang memulai perbincangannya. “Hah...tukang angkut sampah!” kata ketiga temannya yang lain serentak. “Berarti Naya setiap hari Naya bau sampah dong, hiiii....dan itu sama saja dengan kelas kita ada sampahnya tiap hari” timpal mereka lagi, sambil mengerutkan kening mukanya seperti perasaan orang menahan bau tertentu. “Nah itu dia teman-teman, aku juga kaget waktu tahu itu begitu tahu yang mengangkut sampah di lingkungan rumahku adalah orang yang selama ini mengantar Naya ke sekolah.” Kata Bintang dengan nada mengejek. Tapi tiba-tiba tampak di balik pintu depan, tampak Kanaya sedang memasuki ruangan itu dengan raut wajah seperti biasanya, selalu berseri dan tersenyum sama siapa saja. “Selamat pagi teman-teman” ucap Naya dengan wajah yang berseri. Keempat anak perempuan yang disapa Naya pura-pura mengobrol sendiri dan seolah-olah tidak mendengar sapaan Kanaya. Kanaya pun heran dengan keadaan ini, tapi dia tidak berani bertanya ada apa kepada teman-teman di depannya. Lalu dia langsung menuju ke bangkunya. “Yuk teman-teman, kita keluar saja...! kalau berlama-lama di sini bisa-bisa kita ketularan bau sampah nih” ajak Bintang kepada ketiga temannya. Dan diikuti oleh ketiga temannya beranjak keluar dari dalam kelas, hingga menyisakan Kanaya sendiri. Kanaya terdiam mendengar ucapan bintang tadi. “Sampah....? apakah ucapan Bintang tadi tertuju untukku?” begitu kata hati Kanaya. “Selamat pagi Anak-anak..!” Kata Ibu Ani memulai pelajaran hari ini di kelas 5A. “Selamat pagi Bu...!” jawab seluruh siswa di kelas 5A “Hari ini Ibu akan melanjutkan penilaian penampilan puisi kalian di depan kelas”, ujar Bu Ani sambil membuka daftar nilai guru di atas meja. Suasana kelas langsung hening. Sebagian dari mereka merasa enggan kalau dipanggil yang pertama hari ini. “Bintang Kejora..!” demikian suara Bu Ani memanggil siswa yang harus membacakan puisi di depan kelas. “Saya Bu..., tapi.., saya tidak mau maju Bu jika di kelas ini masih ada yang bau sampah!” ucap Bintang seraya kedua matanya melirik ke arah tempat duduk Kanaya. Seluruh siswa diruangan itu terdiam dan terkejut mendengar ucapan Bintang. “Masih bau sampah bagaimana maksud kamu Bintang?” tanya Bu Ani heran. “Ya.... bau sampah gitu deh. Atau tepatnya ada siswa di sini yang selalu membawa sampah ke dalam kelas, wuiihhh baunya Bu..” kata Bintang sambil menunjuk ke arah Kanaya. Seisi kelas mengalihkan pandangannya ke arah Kanaya. Termasuk Bu Ani. “Ayahnya kan tukang angkut sampah di lingkungan rumahku” lanjut Bintang sinis. “Bintang...! kamu tidak boleh memandang orang lain dari luarnya saja, dan kamu juga tidak boleh merendahkan derajat orang lain, tidak baik itu Nak” kata Bu Ani mencoba menenangkan suasana yang tidak nyaman itu. Tapi tiba-tiba Kanaya angkat bicara. “Bu Ani..dan teman-teman semua, aku tidak apa-apa kok di sebut Bintang sampah, karena memang ayahku tukang angkut sampah. Dan apa itu salah?” Kanaya memulai uc, apannya. “Dan kalau Bintang merasa tidak nyaman membaca puisi ketika ada aku di kelas, saya bisa keluar dulu kok” ucap Naya sambil memandang ke arah Bintang dan Ibu ani. “Sudah....sudah, di kelas ini yang mengatur sekarang ibu, jadi tidak ada yang keluar dan harus tetap di kelas sambil melihat teman yang lain membaca puisinya” lanjut Bu Ani. Akhirnya pembacaan puisi masing-masing siswa dilanjutkan hingga akhir jam pelajaran tanpa ada yang berani membicarakan hal yang baru saja terjadi. “Bintang...Bintang, dimana kamu taruh kotak kuning yang kamu pakai mainan kemarin Nak?” suara seorang perempuan memakai seragam polisi memecah keheningan suasan rumah besar itu. Seraya menghampiri Bintang yang sedang bermain boneka di kamar. “Kotak yang mana, Ma?” tanya Bintang heran. “Itu kotak warna kuning mama, yang kamu pinjam buat mainan boneka kemarin” jawab perempuan itu lagi yang tak lain adalah mama Bintang. “Emang kenapa Ma?, kan udah usang kotak itu, aku kemarin itu tidak jadi minjam kotak itu Ma, karena aku perhatikan saudah jelek dan kusam, ya...aku buang saja ke tempat sampah” kata Bintang. “Apa...!!!, kamu buang ke tempat sampah? Oh..Tuhan, itu kotak perhiasan permata mama Nak” ucap mama bintang ketakutan, sambil bergegas menuju ke luar pagar rumah menuju tong sampah. Beberapa saat kemudian. “Habis sudah...habis semuanya perhiasan mama, di tong sampah sudah di aduk-aduk, tidak ada kotak itu, aduh....” kata mama Bintang sambil menangis. Bintang pun terdiam. Dia merasa bersalah sekali kepada mamanya, tapi dia bingung bagaimana menebus rasa bersalah itu. Sampai akhirnya, “Ting tong...ting tong” bel rumah berbunyi, Bintang bergegas menuju ke arah pintu. Kemudian Bintang membuka pintu warna coklat itu. Dan setelah pintu terbuka, betapa terperanjatnya Bintang, karena yang berdiri di depan pintu rumahnya itu adalah seorang lelaki yang dia kenal sebagai ayah Kanaya. Teman di kelas Bintang yang telah bintang ejek beberapa hari yang lalu. Belum hilang rasa terperanjat Bintang, “Mama ada Nak?” tanya ayah Kanaya sambil memegang sebuah kotak kuning yang Bintang udah hafal sama kotak itu “Ada..ada Pak, mari masuk ke dalam” ucap Bintang sambil bergegas menuju kamar mamanya. “Ma.....Mama...! ada tamu di luar” Bintang setengah berteriak memanggil mamanya “Tunggu sebentar..” jawab sang mama. Bintang terus berdiri di belik tirai penghubung ruang tengah dan ruang tamu. Matanya tidak pernah lepas memperhatikan ayah Kanaya yang sedang duduk di sofa merah ruang tamu itu. Terlebih-lebih jika melihat kotak kuning yang ada di meja, tambah tidak karuan perasaan Bintang saat itu. Keheranan dan ketertegunan Bintang sirna ketika mama masuk ke ruang tamu menemui pria paruh baya itu. “Permisi Bu...mohon maaf, saya lancang masuk ke rumah Ibu dengan pakaian kotor begini” ayah Kanaya berdiri sambil membungkukkan badannya untuk menghormati tuan rumah. “Mari..mari Pak, silahkan duduk” kata mama Bintang sambil mempersilahkan tamunya duduk. “Saya tidak lama-lama Bu, saya hanya mau menyerahkan benda ini, karena kemarin, saat saya mengambil sampah di tong depan rumah ini saya ingat kotak ini termasuk yang ikut masuk ke gerobak saya, pertama tidak saya hiraukan, tapi setelah mau saya buang di TPA, ada yang berkilau keluar dari dalam kotak, lalu saya buka dan langsung saya simpan karena isinya sangat banyak” kata ayah Kanaya memulai pembicaraan “Dan karena saya ingat kotak ini berasal dari rumah ibu, maka sekarang saya kembalikan kepada Ibu, karena saya yakin Ibu sangat kehilangann pastinya” ayah Kanaya melanjutkan kata-katanya “Ohh...benar Pak, saya kebingungan sekali sejak tadi, karena kotak kuning ini hilang. Kotak ini sangat berharga sekali, karena merupakan peninggalan almarhum suami saya, jadi sekali lagi terima kasih ya Pak” kata mama Bintang tanpa bisa menyembunyikan raut wajah senangnya. Bintang hanya bisa melihat dari balik tirai apa yang barusan dia saksikan. Ternyata orang tua yang selama ini dia olok-olokkan kepada Kanaya, adalah orang baik dan jujur. Dan tukang sampah itu tentunya memiliki hati yang mulia serta harum segala tingkah lakunya. “Maaf kan aku Naya....ternyata walau bergumul dengan sampah ayahmu tetap memiliki hati yang harum dan wangi” Bintang berkata dalam hati seraya berjanji besok akan minta maaf langsung kepada Kanaya.

Minggu, 28 Februari 2010

Kenapa takut dengan facebook?

Akhir-akhir ini marak diberitakan di media massa tentang dampak dari jejaring sosial di dunia maya yang disebut facebook. Mencuatnya berita tentang facebook, tak lain dan tak bukan karena adanya kasus penculikan yang melibatkan anak –anak yang masih berstatus pelajar. Komentar-komentar yang muncul, baik dari kalangan praktisi anak, pendidik maupun orang tua beragam. Ada yang yang setuju, ada yang menanggapi biasa saja bahkan ada juga yang sangat tidak setuju akan facebook.
Sebenarnya apa sih facebook itu? Facebook adalah suatu portal jejaring sosial yang ada di dunia maya, yang memungkinkan penggunanya bisa bertemu dengan orang-orang di belahan dunia yang lain. Atau kata gampangnya sebagai situs pertemanan di dunia maya. Siapa saja yang tergabung, dengan cara yang mudah, yaitu hanya dengan mengisi aplikasi/ mendaftar, yang salah satunya harus mencantumkan alamat email.
Berangkat dari kemudahan menggunakan tersebut, sekarang yang menjadi pengguna mulai dari anak usia 7 tahun hingga 60-an. Beragam profesi yang menyertai mereka. Mulai dari anak usia sekolah dasar, praktisi politik, guru, sampai ibu rumah tangga. Dan itu semua berangkat dari keinginan untuk bisa berinteraksi dan menyapa teman lama ataupun mencari kawan baru. Bahkan situs ini pula sigunakan sebagai ajang kampanye baik pemilu, pilpres dan pilkada.
Hanya saja akhir-akhir ini, ada yang menyalahgunakan situs ini untuk kegiatan yang kurang terpuji. Ada kasus penculikan, penipuan, sampai perseteruan dengan guru, semuanya berawal dari tulisan di facebook. Dan ujung-ujungnya berita-berita seperti ditu di blow up di media massa. Dan terkesan bahwa facebook lah penyebab semua kejelekan itu. Dan imbas dari pemberitaan itu sendiri sekarang adalah sudah mulai ada sekolah dan bahkan orang tua melarang anaknya membukan akun facebook yang sudah dibuat. Bahkan ada sekolah yang dengan tegas memberikan poin (negatif) kepada siswa yang dalam kurun waktu tertentu tidak segera menghapus akun facebook nya.
Sebenarnya kalau kita telaah lebih jauh, kita bisa memanfaatkan betul keberadaan facebook sebagai sarana untuk belajar. Banyak hal yang bisa ambil manfaatnya. Di sini, selain untuk ajang silaturahmi, juga bisa dijadikan sarana untuk berdiskusi. Banyak grup yang menyediakan sarana diskusi mulai dari grup para guru di lembaga pendidikan sampai kepada hal-hal mengenai sosial dan kajian-kajian agama. Bagi yang suka menulis atau sekedar ingin menuangkan ide atau gagasan-gagasannya, bisa juga memanfaatkan facebook sarananya. Sebenarnya banyak hal yang positif yang bisa kita gali dari keberadaan facebook ini. Jangan kita langsung memberi cap negatif akan hal ini.
Nah, adanya fenomena digunakannya sarana ini utuk kegiatan yang kurang terpuji seperti tersebut diatas, janganlah kita membuat generalisasi, bahwa semua pengguna facebook, akan jadi penculik, semua pengguna facebook pasti akan jadi pembangkang terhadap guru di sekolah. Kita harus bisa melihat ini dari kacamata yang jernih dan tidak biasa menghakimi sesuatu karena adanya suatu kasus yang terjadi. Patut disayangkan jika ada peraturan-peraturan atau pelarangan yang isinya tidak diperbolehkan menggunakan facebook.
Memang sih, kalau melihat gejala yang berkembang sekarang, anak-anak usia sekolah dasar pun sudah keranjingan juga menggunakan facebook. Ini tak bisa dihindari, sebagai efek dari arus globalisasi informasi yang langsung menyentuh dan dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat Indonesia. Dan ini juga tidak serta merta langsung menyalahkan mereka dari penggunaan facebook ini. Mereka pada dasarnya hanya ingin tahu dan ingin mencoba menggunakan sarana ini untuk unjuk diri agar tidak dianggap gaptek dan melek IT.
Apa tugas kita sekarang sebagai pendidik dan orang tua? Disinilah peran serta dari institusi pendidikan dan orang tua di rumah sangat penting. Sekolah yang dewasa ini memasukkan kurikulum pembelajaran yang berbasis IT, mau tidak mau mesti mengajak siswanya untuk mengenal internet. Mengajarkan siswa membuat akun email, membuat tulisan di blog, dan sebagainya.Pada akhirnya siswa akan mengerti akan seluk beluk internet. Maka mulailah mereka mencoba belajar, kira-kira ada apa saja di dunia maya. Sehingga pada saat mereka membaca ada fenomena dan portal baru yang bernama facebook, mereka langsung mencobanya. Apalagi banyak ditemukan kesenangan akan bertemu kawan lama dan mencari kawan baru sebagai ciri khas anak muda yang ingin mencari kawan.
Sekolah, dalam hal ini guru pengajar, haruslah memberikan pengarahan dan memberikan informasi yang benar dan utuh. Mulai dampak positif dan dan dampak negatifnya. Siswa harus diajarkan bagaimana etika dan prilaku dalam menggunakan internet terlebih-lebih facebook, karena bisa langsung berinteraksi dengan orang lain. Tetap beri pengertian yang dalam, bahwa jangan terlalu sering menggunakan facebook karena akan mengganggu waktu belajar di rumah. Untuk orang tua di rumah, beri pengertian anak-anak usia sekolah dasar, jika ingin menggunakan facebook, alangkah lebih baiknya jika password dan email itu harus sepengetahuan orang tua. Dan ini harus tegas disampaikan kepada anak-anaknya. Ini tak lain dan tak bukan untuk kontrol dan monitoring orang tua akan kegiatan anaknya dalam penggunaan facebook.
Selain itu, guru juga bisa memanfaatkan ini untuk mengontrol kegiatan siswa, apa mereka sedang belajar pada jam-jam belajar di rumah, atau malah main facebook. Bikin komitmen bersama untuk membuat aturan main jika dirumah. Dan guru bisa tahu kalau sudah antar mereka sudah menjadi teman dalam facebook. Guru juga bisa membuat grup belajar di dalamnya. Sehingga bisa semakin berguna keberadaan facebook ini.
Terakhir, marilah kita sebagai guru dan orang tua, tidak terlalu menganggap facebook ini termasuk hal yang menakutkan. Kita memang tidak bisa terlalu melepas anak “belajar berkreatifitas” di dunia maya, tapi paling tidak kita tetap membimbing dan menemani sekaligus mengontrol aktivitas anak di dalam penggunaan internet. Internet atau facebook bukan barang yang merusak jika kita bersama-sama mengunakan dengan bijak. Dan pada ujung-ujungnya nanti kita akan melihat anak atau siswa kita sebagai pribadi yang santun beretika serta punya kemarihan dan bisa menggunakan segalai produk yang berbau teknologi dan informasi sesuai dengan kebutuhan dan kapsitasnya.

Minggu, 26 Juli 2009

BANTAL……….

Kenapa ya..kok bantal jika dipakai malam hari terasa tidak nyaman bagiku? Dan kenapa ya jika aku memakai bantal saat pagi hari, sangat terasa nyaman bagiku? Bantalku bergambar kucint bernama marie. Dan rasanya empuk sekali.
Tapi walaupun empun kenapa ya? Kok jika dipakai malam hari tidak nyaman? Tapi kalau dipakai pagi hari sangat nyaman. Karena dulu akau suka bangun kesiangan karena bantalku di pagi hari sangat nyaman. Sehingga aku malas jika bangun tidur. Tapi sekarang aku nggak bangun kesiangan lagi kok…!

MARSYA---5A/SD ISLAM SABILILLAH MALANG

Suka Duka di Kelas VA

Saat ini aku sudah naik kelas lima. Aku senang sekali, karena akau masuk kelas VA. Aku mersa senang karena memiliki wali kelas yang baik yaitu Pak Andy dan Bu Sakinah. Pak Andi mengajar pelajaran seni musik sedangkan Bu Sakinah mengajar sains.
Meskipun masih sebentar berada di 5A, aku sudah mulai bisa berteman dengan dengan teman-teman yang dulu tidak sekelas denganku. Oh ya, aku lupa, jumlah siswa di kelas 5A adalah 30 siswa dan aku absent 27. teman-temanku dari kelas lain saat kelas 4 antara lain, Rossy, Marsya, Eka, Yahya, Yayak, dan masih banyak lagi.
Tapi…….,ada juga pengalaman yang tidak mengenakkan yaitu anak laki-laki di kelas ku nakal-nakal. Kadang-kadang berlari-lari saat pergantian pelajaran, bahkan ketua kelasnya ikut permainan yang dimainkan anak laki-laki, membuat ricuh dan berantakan. Terkadangpun guru-guru sampai marah. Contohnya saat Bu Syifa’ masuk kelas, anak laki-laki masih bermain, dan bisa ditebak, Bu Syifa’…marah!
Namun terkadang aku merasa sedih karena aku jauh dari teman-teman yang berada di kelas 5D. Aku sedih karena kelas 5D jauh letaknya. Untungnya aku masih bisa bertemu saat jam istirahat. Karena saat istirahat jika kita mau membeli makanan dan minuman kita melewati samping kelas 5D.
Ada lagi yang tidak aku suka dengan 5A, yaitu letak kelas 5A berada di belakan perpustakaan. Dan juga kita tidak bisa melihat jalan raya, karena jendela yangterletak di kiri hanya bisa melihat kelas 5B, dan jendela yang kanan terlalu tinggi. Maka dari itu aku tidak terlalu menyukai kelas 5A.
Ini adalah perasaanku saat berada di kelas 5A. Ada Suka Ada Duka…

SALSABILA YUHARNITA----VA/SD ISLAM SABILILLAH MALANG